Konsep Wabi Sabi dalam Estetika Zen
Estetika dalam konsep Wabi Sabi lebih atau berasal dari kehidupan atau keseharian yang sederhana (mengutamakan kesederhanaan)
Konsep wabi sabi menyatakan bahwa keindahan itu tidak sempurna/tidak kekal sama seperti tubuh.
- Konsep estetika jepang yang berpusat pada penerimaan akan ketidak kekalan dan ketidak sempurnaan sebagai sifat kehidupan
- dalam paham ini, keindahan sering dianggap bersifat tidak sempurna, tidak kekal, dan tidak komplit.
- konsep ini berkembang dari ajaran Zen Buddhism mengenai 3 ciri khas kehidupan, yaitu ketidak kekalan, penderitaan, dan kekosongan atau kehampaan atas diri kita yang sejatinya.
Konsep Wabi Sabi diterapkan dalam upacara minum teh (Cha No yu) dalam kebudayaan Jepang. Hal ini karena cha noyu memiliki keindahannya sendiri. Sifat meditatif dari cha noyu memberikan ketenangan dan nilai estetika sehingga dapat memfokuskan tindakan dan pikiran kita.
Cha Noyu
Master Tea dalam tradisi minum teh ialah Murata Shuko (abad 15), ia yang menetapkan aturan aturan dalam cha noyu. Dalam cha noyu suasana yang ingin ditampilkan adalah suasana yang intim yaitu dengan memakai bangunan yang kecil (tea house) dengan peserta yang tidak terlalu banyak dan yang terpenting adalah teh yang dibuatkan sendiri oleh si tuan rumah.
"Though many people drink tea, if you dont know the way of tea, tea will drink you up"
7 Prinsip Estetika Wabi Sabi
Prinsip kunci adalah Kesederhanaan, ketenangan, dan ke alamiahan.
- kesederhanaan: penerapan secara minimal dan sewajarnya. Tidak diperlukan lebih dari ini, melainkan hasil pengalaman estetik yang mendalam.
- ketenangan: maksudnya, merasa tersentuh dari dalam nurani, dengan rasa tentram dan bukan yang meluap-luap atau heboh
- kealamiahan: maksudnya, menghindari sesuatu yang dibuat-buat atau dirancang menurut rencana. seorang seniman berusahan untuk membuat karyanya untuk terlihat seakan telah selamanya menjadi bagian dari alam, seakan akan tanpa adanya intervenzi manusia.Karya nya baik berupa sebuah taman, jalan setapak, ataupun sebuah pagar, seakan hasil dari kecelakaan alamiah. Contoh lain nya nampak pada tiang tiang di tea house yang dibiarkan begitu saja (batang pohon/kayu) tidak diamplas, dicat dll.
Dari Wabi terdapat 2 prinsip kunci:
- ketidak bergantungan: aspek yang memberikan sebuah karya rasa yang segar dan orisinil. karyanya terlihat familiar, tapi tidak tergantung pada hal apapun.
- kedalam halusan: karya tersebut memiliki gaung dalam diri kita dan pada dirinya sendiri, dengan nuansa dan kemungkinan yang berlapis lapis, disatu sisi terselubung namun juga terasa dengan jelas.
Dari Sabi terdapat 2 prinsip kunci yaitu:
- asimetri: menolak simetri pad bentuk dan keseimbangan, demimematuhi alam. ini ertolak belakang dengan estetika barat yang pada tradisinya mematuhi hukum simetri, seperti terlihat pada karya visual, sastra dan musik. (patung-patung, lukisan dll dibuat begitu realis)
- sublimitas: mencari inti sari yang paing esensial dari karya dan konteksnya. yang tidak esensial dianggap membebai pemirsa dan mengganggu pengalaman estetis.
Contoh:
Disuatu kepulauan di Jepang bernama kepulauan Setouchi, di suatu pulau bernama pulau Teshima, yang berarti kaya akan air, terdapat suatu bangunan/karya yang terbuat dari beton dan semen. Bangunan ini terletak di Teshima Art Museum. Dibangunan ini lantai-lantainya terdapatmengeluarkan bulir-bulir air. Karya ini sangat menggambarkan inti sari paling esensial dari pulau Teshima yang berarti kaya akan air.
Teshima Art Museum
marcellinafanny/12120210117