Selasa, 31 Desember 2013

Estetika Zen Buddhisme

Pada kali ini saya akan membahas mengenai Estetika Zen Buddhisme, dimana estetika Zen berbeda dengan estetika barat. Estetika Zen Buddhisme tidak hanya sekedar mengandalkan pada nalar saja 9seperti estetika barat) akan tetapi lebih kapada menyatukan pikiran dengan tubuh (meditasi)


Konsep Wabi Sabi dalam Estetika Zen

Estetika dalam konsep Wabi Sabi lebih atau berasal dari kehidupan atau keseharian yang sederhana (mengutamakan kesederhanaan)
Konsep wabi sabi menyatakan bahwa keindahan itu tidak sempurna/tidak kekal sama seperti tubuh.


  • Konsep estetika jepang yang berpusat pada penerimaan akan ketidak kekalan dan ketidak sempurnaan sebagai sifat kehidupan
  • dalam paham ini, keindahan sering dianggap bersifat tidak sempurna, tidak kekal, dan tidak komplit.
  • konsep ini berkembang dari ajaran Zen Buddhism mengenai 3 ciri khas kehidupan, yaitu ketidak kekalan, penderitaan, dan kekosongan atau kehampaan atas diri kita yang sejatinya.


Konsep Wabi Sabi diterapkan dalam upacara minum teh (Cha No yu) dalam kebudayaan Jepang. Hal ini karena cha noyu memiliki keindahannya sendiri. Sifat meditatif dari cha noyu memberikan ketenangan dan nilai estetika sehingga dapat memfokuskan tindakan dan pikiran kita.

Cha Noyu

Master Tea dalam tradisi minum teh ialah Murata Shuko (abad 15), ia yang menetapkan aturan aturan dalam cha noyu. Dalam cha noyu suasana yang ingin ditampilkan adalah suasana yang intim yaitu dengan memakai bangunan yang kecil (tea house) dengan peserta yang tidak terlalu banyak dan yang terpenting adalah teh yang dibuatkan sendiri oleh si tuan rumah.

















"Though many people drink tea, if you dont know the way of tea, tea will drink you up"


7 Prinsip Estetika Wabi Sabi

Prinsip kunci adalah Kesederhanaan, ketenangan, dan ke alamiahan.
  1. kesederhanaan: penerapan secara minimal dan sewajarnya. Tidak diperlukan lebih dari ini, melainkan hasil pengalaman estetik yang mendalam.
  2. ketenangan: maksudnya, merasa tersentuh dari dalam nurani, dengan rasa tentram dan bukan yang meluap-luap atau heboh
  3. kealamiahan: maksudnya, menghindari sesuatu yang dibuat-buat atau dirancang menurut rencana. seorang seniman berusahan untuk membuat karyanya untuk terlihat seakan telah selamanya menjadi bagian dari alam, seakan akan tanpa adanya intervenzi manusia.Karya nya baik berupa sebuah taman, jalan setapak, ataupun sebuah pagar, seakan hasil dari kecelakaan alamiah. Contoh lain nya nampak pada tiang tiang di tea house yang dibiarkan begitu saja (batang pohon/kayu) tidak diamplas, dicat dll.

Dari Wabi terdapat 2 prinsip kunci:

  1. ketidak bergantungan: aspek yang memberikan sebuah karya rasa yang segar dan orisinil. karyanya terlihat familiar, tapi tidak tergantung pada hal apapun.
  2. kedalam halusan: karya tersebut memiliki gaung dalam diri kita dan pada dirinya sendiri, dengan nuansa dan kemungkinan yang berlapis lapis, disatu sisi terselubung namun juga terasa dengan jelas.

Dari Sabi terdapat 2 prinsip kunci yaitu:
  1. asimetri: menolak simetri pad bentuk dan keseimbangan, demimematuhi alam. ini ertolak belakang dengan estetika barat yang pada tradisinya mematuhi hukum simetri, seperti terlihat pada karya visual, sastra dan musik. (patung-patung, lukisan dll dibuat begitu realis)
  2. sublimitas: mencari inti sari yang paing esensial dari karya dan konteksnya. yang tidak esensial dianggap membebai pemirsa dan mengganggu pengalaman estetis.
Contoh:
Disuatu kepulauan di Jepang bernama kepulauan Setouchi, di suatu pulau bernama pulau Teshima, yang berarti kaya akan air, terdapat suatu bangunan/karya yang terbuat dari beton dan semen. Bangunan ini terletak di Teshima Art Museum. Dibangunan ini lantai-lantainya terdapatmengeluarkan bulir-bulir air. Karya ini sangat menggambarkan inti sari paling esensial dari pulau Teshima yang berarti kaya akan air.

Teshima Art Museum









marcellinafanny/12120210117

Estetika Romantik : Schopenhaeur dan Nietzsche

Perbedaan antara Estetika Romantik dengan estetika lainnya adalah estetika romantik tidak bersifat atau mementingkan logika, akal, nalar (menentang), akan tetapi lebih mementingkan rasa atau emosi (kehendak "will")


Arthur Schopenhauer
Lahir di Polandia pada tahun 1788, karyanya adalah "The World"

Kerangka pemikirannya diawali oleh pertanyaan " Apa yang menjadi motif tinadakan kita? " Jika Hegel dikenal dengan "Semangat Zaman" nya maka Schopenhaeur dikenal dengan dengan " Will to Live" nya atau hasrat untuk hidup. Menurut Schopenhaeur, hal inilah yang mendorong seseorang untuk bertindak. Hasrat tidak hanya membentuk tindakan manusia, tapi bahkan merupakan enyebab dari segala sesuatu yang ada, hal ini yang disebut Schopenhaeur dengan "Kategori Metafisika"

Schopenhaeur membagi Will / kehandak menjadi 2 yaitu,:

  1. Noumenal (transedental) , yaitu kehendak yang melampaui kenyataan duniawi, bersifat abstrak, spiritual, tidak berbentuk akan tetapi memiliki tetap memiliki sesuatu kekuatan sehingga bisa dirasakan imact nya.
  2. Fenomenal (duniawi) , kehendak dalam artian keseharian atau keinginan sehari-hari. Contoh saat kita ingin membeli handphone baru tanpa alasan yang jelas tapi bentuk keinginannya jelas.

Schopenhaeur menyatakan bahwa realitas noumenal vs realtas fenomenal akan melahirkan dunia sebagai kehendak dan representasi dimana manusia sebagai "budak hasrat". Ia mengatakan bahwa selama ini manusia menderita karena diperbudak oleh hasratnya sendiri. Lalu bagaimanakah hasrat dapat ditaklukkan? yaitu misalnya dengan kehidupan beertapa, berpuasa, berpantang dll.

Akan tetapi bagi Schopenhaeur, seni dapat membantu kita keluar dari kesengsaraan yang disebabkan dari hasrat manusia. (memberi jalan keluar temporer) Hal ini karena seni adalah wujud dari kehendak transedental , kehendak yang tidak berbentuk dan bersifat abstrak yang menjadi motivasi atas semua kehendak manusia.

Menurut Schopenhaeur, ketika kita melihat karya dan karya tersebut membuat kita tersentuh, kita telah bersinggungan dengan kehendak transedental, sehingga bisa dikatakan kita memahami kehendaak transedental dan menaklukkan kehendak. (lewat seni kita memahami kehendak transedental)

Wujud dari transedental itu sendiri dapat digambarkan dengan seorang seniman. Hal ini karena seniman adalah seorang genius (artistic genius) karena mampu merangkum realita peristiwa pada zaman mereka, dengan menggunakan imajinasi, mereka mampu menciptakan suatu objek. inilah yang disebut Schopenhaeur sebagai wujud transedental.
" Hanya seni murni yang dapat digunakan untuk memahami kehendak transedental" bukan seni terapan.

Ada berbagai bentuk seni murni di dunia ini, namun Schopenhauer mengurutkan hierarki seni murni tersebut sebagai berikut:
1. Musik
2. Puisi
3. Lukisan (historical painting) & patung
4. Desain lanskap
5. Arsitektur

Menurut Schopenhauer, musik dan puisi adalah karya seni yang paling baik karena sifatnya yang universal dan bisa dinikmati semua orang hanya dengan mendengar saja. Sedangkan, menurutnya lukisan dan patung tidak terlalu bersifat universal, karena orang harus mengetahui tentang dasar-dasar melukis dan mematung dulu untuk memahami karya-karya seni tersebut sehingga tidak tertangkap oleh semua orang.





Friedrich Nietzsche
Lahir di Rocken tahun 1844. Karyanya adalah The Birth of Tragedy; human; all to human; thus spoke zarathustra; Thw Will to power.


Berbeda dengan Schopenhauer yng menyatakan kehendak itu harus ditaklukan, maka Nietzsche punya pendapat yang lain, menurutnya justru kehendak manusia itu harus dipupuk dan dipenuhi karena kreatifitas.

Naluri dasar manusia, menurut Nietzsche, adalah will-to-power. Menurutnya, manusia selama ini diperbudak oleh moralitas (slave morality) karena manusia merasa harus ikut dengan aturan massa. Menurutnya, manusia susah untuk berkusasa pada diri sendiri dan bebas melakukan dan mewujudkan potensi dirinya dengan melawan massa. Manusia masih takut untuk melakukan hal itu. Ia berkata bahwa manusia yang sepenuhnya adalah manusia yang mampu memenuhi potensi dirinya dengan kreatifitas dan berani melawan massa. Inilah yang disebut dengan Thus Spoke Zarathustra : Overman


Seni bagi Nietzsche adalah kunci yang membuka esensi kreatif dalam diri manusia. hal inilah yang menjadikan manusia menjadi manusia seutuhnya.


Menurut Nietzsche, dalam berkesenian ada dua aspek yang saling melengkapi, yaitu Apolonian dan Dionisian.

Apolonian adalah nama dewa cahaya dalam mitologi Yunani, sedangkan Dionisian adalah dewa mabuk. Yang dimaksud dengan kalimat diatas adalah, Di satu sisi, seni harus memberi kejelasan, tapi di sisi lain seni juga harus punya aspek yang memabukkan, menarik perhatian, dan membawa kita keluar dari akal sehat. Tanpa aspek apolonian, seni tidak akan punya struktur yang jelas, sedangkan tanpa aspek dionisian, seni tidak akan punya daya tarik.

Menurut Nietzsche, hidup justru belum memiliki makna jika belum ada seni. Ia menganggap seni ada di atas segalanya di muka bumi ini. Intinya, Nietzsche mengedepankan kreatifitas yang imajinatif dibandingkan dengan rasionalitas.







marcellinafanny/12120210117









Senin, 30 Desember 2013

Estetika dan Teori Kritis (Awal Abad ke-20)

Estetika Teori Kritis ini berkembang pada awal abad ke-20 di Institute for Social Research, di institute ini terdapat kelompok pemikir yang disebut Mazhab Frankurt. pada postingan kali ini saya akan membahas 2 tokoh, yaitu Theodor Adorno, Max Horkheimer, dan Walter Benjamin.


Menurut kelompok Mazhab Frankurt, setiap gagasan dipenuhi dengan kepentingan-kepentingan tertentu. (Tidak ada ide/gagasan yang netral) Ide sosial seperti kekuasaan selalu memiliki kepentingan-kepentingan tertentu. Disini, estetika membicarakan tentang kritik terhadap kebudayaan.

Theodor Adorno dan Max Horkheimer adalah tokoh penting dari Mazhab Frankurt yang mempunyai kritik terhadap apa yang mereka sebut "industri budaya". Mereka mengkritik dampak industrialisasi pada budaya, terutama pada budaya massal / mass culture.


Theodor Adorno (1903-1969)


Salah satu tokoh Mazhab Frankurt ini adalah seorang filsuf dan musikolog asal Jerman. Karya terbesarnya adalah Dialetic of Enlightment, Negative Dialectics, dan Minima Moralia.


Max Horkheimer (1895-1973)

Ia adalah seorang filsuf dan sosiolog asal Jerman. Ia pernah menjabat sebagai direktur di Institute for Social Research yang berpengaruh besar pada Mazhab Frankurt. Karya terbesarnya adalah buku Dialectic of Enlightment yang dibuat bersama Theodor Adorno.

ada suatu bagian buku yang membahas tentang "Kritik terhadap industri budaya (culture industry). Mereka menganggap bahwa industri, terutama mesin, telah menjadikan budaya sebagai semacam pabrik yang mencetak produk-produk budaya. Karena indsutri, karya seni menjadi berkurang nilainya.

contoh industri karya seni : Film

Pada awalnya, film masih menjadi hiburan untuk satu orang, tetapi lama-kelamaan berkembang ketika dibawa ke Amerika dan Eropa, sampai akhirnya di Prancis, Lumier Brothers mengembangkan dan mematenkan alat yang bisa menggabungkan kinestoskop dengan proyektor sehingga orang bisa melihat film beramai-ramai.

Di awal abad ke-20, mulai dibuat film yang menjadi awal industri film. Film bisu pertama yang dibuat tahun 1895 berjudul The Sprinkler Sprinkled.

Pada akhirnya, film bukan lagi menjadi seni, tetapi menjadi suatu industri ketika produser-produser sadar mereka mendapatkan untung dari film ini.



Kritik terhadap industri budaya

1. Budaya sebagi industri

Menurut Adorno dan Horkheimer, film tidak memberi keindahan ataupun pengalaman estetis pada orang-orang yang menonton. Orang tidak menjadi lebih kritis dan juga tidak menjadi lebih pintar karena film-film tersebut karena produk-produk budaya tersebut hanya dibuat semata-mata untuk kepentingan komersil. Menurut mereka, budaya itu seharusnya menciptakan karya seni / fine art yang mampu memberikan pengalaman dan kemampuan estetik. Hal-hal seperti musik pop, film, komik, dan lain sebagainya bagi mereka bukanlah karya seni melainkan produk budaya. Pada masa inilah, seni mulai terbagi.

2. Materialisme historis (Karl Max)

Adorno dan Horkheimer dipengaruhi oleh teori Karl Max tentang kapitalisme. Ia punya suatu konsep yang disebut sebagai materialisme historis. Menurut konsep ini, masyarakat berkembang dengan mereproduksi barang-barang yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidupnya. Misal, tadinya kita manusia perlu sandang, pangan, papan, namun seiring berkembangnya tren, kita membutuhkan smartphone, laptop, dll. Menurut mereka, industri budaya berbahaya karena terus memproduksi barang-barang seperti film dan komik yang dianggap manusia sebagai kebutuhannya padahal sebenarnya tidak.

3. Estetika sebagai kritik sosial

Adorno dan Horkheimer berbicara tentang bagaimana seni sebagai produk kebudayaan mempengaruhi orang banyak dan bagaimana masyarakat merespon mereka. Di sini terlihat bahwa estetika bisa dijadikan alat untuk mengkritisi kehidupan sosial yang kita jalani. Menurut mereka, seni itu harus mempunyai tujuan lebih dan bukan hanya tujuan industri/komersil. Mereka menganggap seni sebagai sesuatu yang sakral.




Walter Benjamin (1892-1940)

Walter Benjamin adalah sastrawan, kritikus sosial, dan filsuf asal Jerman. Karya terbesarnya adalah The Arcades Project, Illuminations. 

Adorno, Horkheimer, dan Benjamin berbicara tentang "Karya Seni dalam Era Reproduksi Mesin". Menurut mereka, sebenarnya reproduksi itu bukanlah hal yang baru, tetapi sudah ada sejak zaman dulu, namun masih dengan cara manual, misalnya cetak manual. Dengan adanya mesin reproduksi, proses reproduksi menjadi lebih cepat dan bisa dilakukan sebanyak-banyaknya. Namun, yang berbeda dari reproduksi mesin dan manual adalah keotentisitasan dan aura dalam sebuah karya seni.

Otentisitas adalah keberadaan karya itu di lokasi tertentu dan posisi di titik sejarah tertentu. Contoh, lukisan Mona Lisa yang asli memiliki otentisitas, lokasinya berada di Itali dan titik sejarahnya adalah masa renaisans. Sedangkan, mug yang diberi print wajah Mona Lisa, tidak memiliki keotentisitasan yang dimiliki lukisan asli.


Aura, berarti abstrak, tidak bisa dijelaskan, hanya bisa dirasakan melalui efeknya, dan hanya dimiliki oleh karya seni yang otentik. Menurut Benjamin, sebagus-bagusnya jiplakan/copy yang dibuat mesin, mereka tidak akan memiliki otentisitas dan aura.






marcellinafanny/12120210117



Estetika Idealisme Jerman abad 19

Pada postingan kali ini saya akan membahas pandangan mengenai estetika pada abad 19 di Jerman menurut GWF Hegel (1770-1831). Ia adalah tokoh enting dari periode Idealisme Jeman. Karya terpentingnya adalah The Phenomenalogy of Spirit. Hegel juga seorang dosen, ia mengajar bidang Estetika, Flisafat Agama, dan filsafat Sejarah.


Konsep kunci dalam Filsafat Hegel:

  1. Dialektika
  2. Roh
  3. Kesadaran diri
  4. Kebebasan

Dialeketika

Merupakan pola argumentasi yang melibatkan adanya ide yang dianggap benar (Thesis), dan penyangkalnya (Antithesis), sehingga muncul / membuat jawaban atau hal baru (Sintesis).

Thesis X Anti-Thesis = Sinthesis
Contoh: 
Thesis >> Facebook
Antithesis >> tidak praktis, terlalu banyak memuat hal-hal yang kurang penting
Sintesis >> muncul Twitter
Hegel menggunakan dialektika untuk menjelaskan sejarah. Dengan adanya dialektika muncul banyak hal hal baru yang merubah sejarah. ( evolusi sejarah). Sejarah berevolusi secara dialeklis ( dialektika sejarah)
Sebelum zaman Hegel, dialektika hanya dipakai untuk menemukan prinsip-prinsip dasar saja, bukan hal hal baru.


Roh

Hegel menyebutkan bahwa sejarah terdiri dari manusia, kelompok, dan Roh (roh/spirit/geist/semangat zaman). Tiap periode sejarah, memiliki semngat zaman dan semangat ini terbentuk dari ide ide yang disepakati dalam masyarakat.


Ide/gagasan sifatnya kolektif ( bersift sosial bukan ideal) hal ini dikarenakan ide yang kita punya datang dari lingkungan sekitar (bukan dari dalam diri) jadi sifatnya sosial dan membentuk apa yang disebut Roh/ Semangat zaman kita.
Manusia mempunyai ide-ide dalam dirinya, misalnya saya harus lulus kuliah, saya harus menjadi orang sukses, dll. Ide-ide ini datangnya dari lingkungan kita, seperti guru, keluarga, teman-teman, film, buku, tempat-tempat yang bagus, dan lain-lain (sosial). oleh karena itu, ide yang bersifat sosial inilah yang membentuk roh/semangat zaman.


Kesadaran Diri


Sama seperti sejarah, roh juga berkembang secara dialektif. Yang membentuk roh/ semangat zaman adalah Self Consciousness atau kesadaran diri yang bersifat kolektif/sosial.

Kesadaran diri (kolektif) adalah gagasan yang secara umum dipegang oleh masyarakat.

Gagasan yang ada dan dipegang dalam kelompok ini pada awalnya berasal dari individu kita sendiri. Ide ini bergerak dan berkembang menjadi lebih kompleks (dipengaruhi pengetahuan, buku-buku, berita, dll) menjadi kesadaran kolektif yang diketahui oleh semua orang, sehingga lahirlah budaya.

Budaya menurut Hegel adalah kesepakatan, norma, gagasan, yang disepakati secara umum oleh suatu kelompok.



Kebebasan


Menurut Hegel manusia / seseorang menjadi bebas ketika ia menyadari segala potensi dalam dirinya dan merealisasikannya sebagai makhluk raional.
Manusia yang bebas adalah manusia yang bergerak / berupaya untuk merealisasikan potensi dalam dirinya.Misalnya jika seseorang mempuyai bakat menulis dan ia mengetahui kemampuannya tersebut dan terus berlatih menulis sampai ia pada akhirnya menjad penulis terkenal yang sukses, hal inilah yang disebut Hegel sebagai kebebasan.

Contoh kebebasan:
orang bisa mengakses apa saja di internet kapanpun dan dimanapun, tetapi bukan hal itu yang disebut kebebasan, orang tersebut disebut bebas ketika orang tersebut tahu bahwa internet memiliki banyak potensi bagi dirinya dan ia merealisasikannya dengan memanfaatkan internet.

Kebebasan dapat memajukan / menggerakan semangat zaman.



Seni Menurut Hegel

Merupakan ekspresi roh (semngat zaman digambarkan melalui seni).

Tahapan / evaluasi seni menurut Hegel:
  1. Simbolik : Roh belum bebas sepenuhnya, masih mencari potensi (semangat zaman belum bebas)
  2. Klasik : Sudah bebas dan menemukan potensi
  3. Romantik : Melampaui nalar

Simbolik
masyarakat belum bisa mengekspresikan semangat zaman mereka karena belum tahu potensi yang mereka miliki, oleh karena itu bentuk keseniannya pun masih abstrak. contoh: sphinx, piramida, candi. ketika kita melihat karya karya ini, kita tidak dapat mengetahui artinya/maknanya.


Klasik
roh/ semngat zaman sudah bebas dan menemkan potensi mereka, misalnya diawali oleh masyarakan yunani kuno. mereka sudah mengetahui potensi dalam diri mereka sehingga dapat merealisasikan potensi/ide mereka. manusia pada abad ini sudah menyadari bahwa mereka adalah makhluk yang bernalar. hal ini nampak jelas pada karya seninya yang bersifat realis (anatomi, pose, dll). Contoh karya: patung" yunani kuno. pada masa ini juga lahir yang di sebut Pure Beauty karena karya-karya ini menunjukan potensi yang terdapat pada manusia.

Romantik
manusia mempunyai potensi lain di luar nalar. hal ini ditunjukan dengan manusia yang bisa berimajinasi (tidak masuk akal).
karakteristik peroiode romantik adalah seni bisa menggambarkan hal hal lain di luar realita.


Seni simbolik mencari kesatun ide yang sempurna dengan bentuk bentuk luar; seni klasik menemukan nya karena indera indera serta imajinasi dalam representasi individualitas spiritual; seni romantik melampauinya atau mengatasinya dalam spiritualitas tidak terbatas yang mengatasi dunia nyata.









marcellinafanny/12120210117






Rabu, 20 November 2013

Kritisisme Immanuel Kant

Poin pembahasan Kant terletak pada Rasio Manusia atau Akal Manusia.

Kesalahan filsafat barat adalah menelan bulat-bulat semua hal dan tidak dikritisi. Berbeda dengan filsafat Kant yang kritis dan tidak Dogmatis. Kritis disini adalah mengenai pertanyaan-pertanyaan umum seperti, apa itu akal? aa itu pengetahuan? dari mana datangnya semua itu? , dll.


Project Filosofis Kant: Kritik atas Rasio Manusia.


Kritik atas Rasio Murni



  • diterbitkan tahun 1781
  • mengkritik semua pengetahuan bersifat analitik dan bersumber dari rasio murni (membahas apa yang dimaksud dengan pengetahuan)
  • menyatakan ada pengetahun yang bersifat sintetik dan apriori
  • Resolusi Kopernikan.



Gagasan Analitik
Gagasan yang kesimpulannya sudah diketahui dari subjeknya. (hubungan mutlak antara subjek dan kesimpulan)
contoh: Pohon mangga (s) itu pohon (kesimpulan) >> pohon mangga sudah pasti pohon
            Ibu (s) itu adalah wanita (kesimpulan) >> seorang ibu sudah pasti wanita.
*kesimpulan sudah terlihat/tergambar dari subjeknya. 

Gagasan Sintetik
= a priori (ide bawaan)
hubungan yang tidak mutlak antara subjek dan kesimpulan.
contoh: pohon itu tinggi
            wanita itu sangat cantik
* pohon tidak harus tinggi dan wanita tidak semunya cantik
kesimpulan di ambil dari apa yang belum ada di dunia ini (baru/tidak mutlak). menurut Khan gagasan analitik tidak membuat kita memiliki pengetahuan baru karena semuanya sudah pasti/mutlak, sehingga harus diimbangi dengan gagasan sintetik.

Menurut Khan ada tiga macam rasio:


  1. Rasio Murni (mengetahui) : memperjelas pengetahua kita / asal pengetahuan kita.
  2. Rasio Praktis ( melakukan) : memperjelas apa yang mendorong kita mempunyai keinginan/melakukan ini dan itu. 
Rasio praktis memberi perintah atas semua tindakan kita, yang sama untuk semua manusia tanpa terkecuali
Imperatif Kategoris: semua yang dilakukan bisa mnjadi hukum universal. 
contoh: jika kita meminjam barang dan tidak mengembalikannya itu menjadi sah dan diperbolehkan asalkan semua orang melakukan hal yang sama (universal).
     3. Rasio Pertimbangan (merasakan): menjelaskan apa yang kita rasakan.
        (contoh: alasan mengapa kita senang jika melihat hal-hal yang indah.)


Ada perbedaan antara rasa senang yang datang dari keindahan dan yang ditimbulkan dari hal lain. Rasa senang itu datang dari:


  1. The Agreeable: datang dari hal yang sifatnya fisik : contoh > rasa senang saat menyantap makanan yang enak.
  2. The Good: datang dari hal yang sifatnya mental: contoh > rasa senang saat bertemu orang yang ramah.
  3. Beauty (keindahan) : berbeda dari agreeble dan good. Keindahan lebih dari kedua hal tersebut. Keindahan mempunyai beberapa aspek. yaitu:
  • Kualitas : tanpa pamrih. Mengambil sika serta pertimbangan atas nilai yang melekat pada bendanatau karya seni itu sendiri, dan tidak tergantung pada moralitas, manfaat, keuntungan pribadi atau kepuasan inderawi. 
  • Kuantitas: Universal. Seni itu memiliki sisi subjektif akan tetapi terlepas dari kepentingan diri sendiri sehingga berpeluang mendapatkan kesepaktan dengan orang lain.
* Dalam seni, pertimbangan tidak bersifat objektif universal seperti yang berlaku     dalam ilmu alam atau sains, melainkan bersifat subjektif universal. Artinya, semua   orang setuju bahwa sesuatu itu indah bukan karena harus setelah terbukti lewat     argumen objektif seperti dalam kebenaran ilmiah, tetapi setuju karena terdorong   untuk setuju berkat pertimbangan estetis.
  • Relasi (purposiveness without purpose) : semua yang ada mempunyai tujuan akhir. Tujuan benda-benda yang indah tidak harus dihubungkan dengan benda tersebut/fisiknya. (tada tapi tidak jelas fungsinya). Seni tidak perlu fungsional. Tujuan akhir tidak terlalu jelas. 
  • Modalitas (keniscayaan) : Bukan berarti mutlak. Kalau memang suatu benda indah, niscaya semua orang setuju / mempunyai pertimbangan atau penilaian yang sama dari orang lain.
Beauty / keindahan membuat kita merasa suka tanpa alasan tertentu.



Yang Sublime (The Sublime)
Rasa senang yang membuat kita keluar dari rasio-rasio yang ada.

Indah = masih masuk akal / rasio
Sublim = keluar dari batasan rasio, nyaris tidak masuk akal.


Menurut Kant, yang sublim haruslah:


  1. Yang besar/agung, sehingga nyaris tidak masuk akal. Contohnya adalah Tembok China, Sphinx, Piramida, etc. Hal ini dinamakan Kesubliman Matematis.
  2. Yang mampu mengundang imajinasi kita. Misalnya saat melihat jurang yang dalam, kita merasa ngeri dan membayangkan bagaimana jika kita terjatuh dari sana. Hal ini dinamakan Kesubliman Dinamis.

Bagaimana cara membedakan keindahan dengan yang sublim?

Jika berhadapan dengan yang sublim, orang akan mengalami rasa kagum dan gentar. Rasa puas yang ditimbulkan berbeda, karena keindahan menimbulkan rasa puas yang ceria dan ringan, sedangkan sublimitas menimbulkan rasa puas yang berat dan serius.

Keindahan menimbulkan rasa puas yang positif, sedangkan sublimitas menimbulkan rasa puas yang negatif.










-mf 117- 










Rabu, 06 November 2013

Estetika Inggris, Estetika Empirisisme

*point penting : Untuk pertama kalinya pada estetika, konsep-konsep seperti "imajinasi" dan "selera" memiliki posisi mereka tersendiri dan "keindahan" dibedakan dari yang sublim.


Empirisisme sebagai Sistem Filosofis Utama

  • Seperti rasionalisme, terfokus pada "Epistemologi" teori tentang pengetahuan
  • Menurut empirisisme, sumber pengetahuan adalah 'pengalaman inderawi" dan bukan "benak"
  • Pendekatan ini memiliki dampak langsung pada penilaian akan estetika.

Beda antara estetika Rasionalisisme dengan Empirisisme:
  • Rasionalisme: Keindahan berharga karena menjadi bagian dari kebenaran
  • Emiprisisme: Keindahan berharga kerena dapat menimbulkan rasa nikmat / pleasure.


3rd Earl of Shaftesbury (Anthony Ashley Cooper) 1671-1713

Ia menyatakan konsep tentang "Ketanpa Pamrihan"
Ketanpa pamrihan disini berarti terlepas dari kepentingan-kepentingan pribadi seseorang.
Seseorang bisa mengapresiasi dan menikmati keindahan tersebut tanpa rasa ingin memilikinya. (hanya  sekedar menikmati).


Hutcheson (1694-1746)

Ia menyatakan konsep tentang "Indera Internal dan Unformity in Variety"

karya terbesar : An Inquiry into the Original of Our Ideas of Beautyand Virtue (1725) and Inquiry Concerning Beauty, Order, Harmony, Design (1738)

Ia mengatakan sumber dari pleasure itu berasal setengah dari diri kita sendiri dan setengah lagi dari benda itu sendiri.

Indera internal itu seperti benak, ia tidak berbentuk.
Indera Internal / Internal Sense, tidak berbentuk tapi juga bisa merasakan seperti indera-indera lain yang kita punya (mata,telinga,dll).
Bisa dikatakan, Internal Sense merupakan kemampuan kita menerima stimulus-stimulus dari sekitar dan mencerna stimulus tesebut sehingga dapat menghasilkan rasa nikmat/pleasure (Reseptifitas).

Uniformity in Variety (sumber dari benda/fisik)
Kesatuan dalam keberagaman pada suatu benda adalah sumber rasa nikmat dari benda-benda tersebut.
Elemen-elemen berdiri sendiri tapi akan menjad satu kesatuan apabila sudah digabung atau tergabuang menjadi satu benda. 


David Hume (dipengaruhi oleh John Locke)

Ia dianggap sebagai filsuf empirisisme terpenting.

Karya terbesar: a Treatisme on Human Nature (1739)

Kontribusi: 

  1. Penjelasan bahwa pengetahuan datang dari pengalaman inderawi. (prinsip-prinsip asosiasi)
  2. Teori tentang Standar Selera
Pengalaman sifatnya subjektif, tap saat membicarakan tentang keindahan, tetap memiliki sisi ocjektifitasnya. Objektifitas ada karena adanya Standard of Taste.

Standard of Taste:
  • Kehalusan, kepekaan (delicacy)
  • pikiran sehat (good sense) : tolak ukur keindahan dibuat oleh orang uang berpikir sehat
  • terlatih (practice)
  • punya perbandingan: makin sering melihat karya seni, makan akan makin terlatih, sehingga kita bisa membandingkan mana karya yang bagus dan mana yang kurang.
  • bebas dari prasangka/bias: misalnya kita mengagumi Van Gogh dan menganggap semua karyanya paling bagus diantara yang lain (penilaian subjektif).

Hume berpendapat bahwa ide atau gagasan datang dari pengalaman atau kesan inderawi. dengan kata lain, isi pikiran manusia tergantung pada aktivitas inderawi. Menurut Hume, pikiran kita bekerja berdasarkan 3 Prinsip Pertautan Gagasan, yaitu:
  • Kemiripan: gagasan di tautkan berdasarkan adanya kemiripan antar suatu hal dengan hal lain. Misalnya baju bermotif loreng" macan yang ditautkan dengan macan yang sesungguhnya.
  • Kedekatan hubungan: benda benda yang berbeda dapat saling dihubungkan karena mempunyai kedekatan hubungan. Misalnyasaat membayangkan bioskop, pasti kita juga membayangkan adanya popcorn, loket tiket,dll. Hal ini karena benda-banda tadi dekat hubungannya sehingga bisa dikaitkan.
  • Sebab akibat: misalnya saat memikirkan cabai, kita pasti akan memikirkan pula rasa pedas yang ditimbulkan dari cabai tersebut. Atau saat membayangkan luka pasti kita dapat membayangkan rasa sakitnya pula.



Edmund Burke (1728-1797)

Ia selain filsuf juga merupakanseorang politikus. Karya terbesarnya adalah " The Philosophical Inquiry into the Origin of Our Ideas of the Sublime and the Beautiful (1790).

Kontribusi terbesarnya adalah " Konsep tentang yang sublim yang dibedakan dari yang indah.

Yang sublim / sublime adalah segala sesuatu yang tidak cantik dan tidak indah akan tetapi tetap dapat menimbulkan daya tarik. Ada sisi menarik yang dapat menimbulkan kenikmatan (pleasure)bagi si pengamat. 








-mf 117-








Minggu, 13 Oktober 2013

Estetika Rasionalisme Jerman


Garis besar
Estetika = Ilmu pengetahuan =  - kebenaran
                                             - kemampuan kognitif


Alexander Gottlieb Baumgarten
Ia adalah pengajar filsuf pertama yang memberikan kuliah tentang estetika. Ia disebut-sebut sebagai Bapak Estetika Modern karena ia adalah pelopor estetika sebagai ilmu pengetahuan (dipelajari di pendidikan formal). Sebelum nya estetika tetap dipelajari akan tetapi tidak dalam lingkup pendidikan formal. Selain itu iya juga menerbitkan 2 buku tentang estetika volum pertama pada tahun 1750 dan yang kedua pada tahun 1758.
Menurut Baumgarten, ada kaitan antara rasionalisme / logika dengan estetika.



Dua Jenis Kemampuan Berpikir Manusia (kognisi)
1. Inderawi
    Pemikiran datang dari pengalaman inderawi. Mengecap, merasakan, melihat, mendengar, dll bukan hanya sekedar sensasi semata, tapi juga merupakan salah satu dari bentuk berpikir.

2. Intelektual
    Kemampuan untuk mengerti hal-hal secara konseptual. Kita benar benar memahami konsep yang menyusun suatu hal, bukan hanya memahami secara fisiknya saja. Contoh : jika ada suatu lukisan kita harus mengetahui konsep awal pembuatan lukisannya bukan hanya sekedar dapat menilai fisiknya (warnanya bagus, sapuan kuasnya halus,dll)
Dari ke dua kemampuan berpikir ini, kemampuan kognisi intelektual lah yang lebih mendalam dibandingkan dengan kognisi inderawi.
"Estetika dan logika saling melengkapi"
>> estetika bukan suatu yang abstrak tapi bisa dijelaskan secara sistematis atau logis. Akan tetapi estetika mempunyai logikanya tersendiri yang tidak sama dengan logika matematis.



Definisi Estetika Baumgarten
>   Berpikir yang logis dan sistematis adalah suatu bentuk keindahan. 
Berpikir dapat menjadi sesuatu yang indah apabila kita berpikir secara logis. 
Estetika setara dengan Sains

>   Pengalaman inderawi (kapasitas kognisi inferior) itu terbentuk secara alamiah. Hal ini membantu kita untuk berpikir secara indah.

>   Kemampuan inderawi dan bernalar itu adalah hal yang setara kedudukannya. Keduanya sangat dibutuhkan untuk berpikir secara indah. Bisa dikatakan apa yang kita lihat dan rasakan adalah apa yang kita pikirkan juga.



Tentang Kebenaran Estetika
>   Estetika sebagai ilmu pengatahuan. Maka dari itu, estetika memiliki kebenaran-kebenarannya sendiri yang tentu saja berbeda dengan kebenaran logis.

>   Kebenaran estetika sifatnya langsung. Hal ini karena estetika tidak terbatasi dengan ukuran-ukuran baku (panjang, lebar, dll)
Misalnya, tanpa tau ukuran-ukuran pasti sebuah lagu (tempo, nada, dll) kita dapat langsung merasakan makna dan pengaruhnya dalam diri kita. Kita dapat terharu, sedih gembira dan menilai lagu itu enak saat mendengarkannya.



Tolak Ukur Kebenaran Estetika, kriteria-kriterianya adalah:
>  Kekayaan imajianasi  :  lebih sempurna dengan adanya banyak elemen individual
>  Magnitud / besarnya imajinasi : kompleksitas yang terkait dengan suatu permasalahan
>  Kejelasan, kejernihan penyampaian atau penghadiran.

Terlepas dari kerumitan kriteria di atas, seni atau sebuah karya yang disampaikan oleh seniman sebagian besar dapat di mengerti oleh orang banyak. Ini tandanya kriteria-kriteria kebenaran estetika di atas sudah terpenuhi.

*  Menurut Baumgarten, karya karya yang bersifat abstrak tidak memiliki kebenaran estetika. Hal ini karena karya-karya tersebut tidak memenuhi 3 kriteria tadi, entah itu kurang jelas penyampaiannya, elemen yg terlalu sederhana, dll. Tentu saja pendapat ini muncul sebelum aliran-aliran seni seperti dadaisme, kubisme, surealisme, dll lahir.



Kejelasan Ekstensif
Dimana adanya ketegangan atau tarik menarik antar suatu yang jelas dan suatu yang membingungkan. Terkadang kita saat menonton video dapat mengerti makna dari video tersebut, bahkan dapat membuat kita terpikat, terharu, dll. Akan tetapi seringkali kita tidak dapat menjelaskan video tersebut secara rinci. (menjadi bingung dan terpilah-pilah). Contoh lain adalah saat membaca Puisi.

Estetika atau seni adalah suatu yang jelas, meskipun masih memiliki sisi ambigu. 
Estetika mempunyai kejelasan, walaupun tidak dapat sejelas hal-hal logis seperti pada matematika, sains dll.



Nilai Guna Seni
Sebagai ilmu pengetahuan, seni atau estetika harus memiliki nilai guna.

>  Membantu rasionalitas
>  Membuat kita menjadi manusia yang lebih rasional
* seni itu berguna karena sebagai teori tentang pengalaman panca inderawi, dapat membantu rasionalitas kita sehingga kita menjadi manusia yang lebih rasional. Hal ini dapat terjadi jika kita berpikir berdasarkan apa yang kita rasakan juga. Oleh karena itu menurut Baumgarten bukan hanya pemahaman konsep, pengalaman inderawi jugalah penting.





-mf 117-





Minggu, 06 Oktober 2013

Estetika Masa Modern (Era Renaisans)

Estetika Masa Renaisans adalah Estetika Antroposentrisme, yaitu segala sesuatunya berpusat pada manusia.


Etimologi kata Renaisans

  • Inggris & Perancis : Renaissance
  • Italia : Rinascimento
  • Latin : Rinascere
Artinya adalah "Dilahirkan Kembali" (to be born again)
Yang dilahirkan kebali disini adalah "Ajaran-ajaran Era Klasik".

Contoh karya sebelum masa ini berlangsung adalah lukisan pada langit-langit Gereja St. Mark. Pada lukisan ini manusia digambarkan seperti boneka-boneka kaku dan semuanya menyembah Tuhan. Dari karya ini kita dapat melihat bahwa sebelum lahirnya era renaisans, semua hal berfokus pada Tuhan bukan pada manusia. (Teosentris bukan Antroposentrisme).


Fransiskus dari Asisi (1182-1226)
Ia adalah pendiri Ordo Fransiskan.

Pada masa ini mulai terjadi pergeseran paham, dari yang awalnya Teosentris menjadi Antroposentrisme. Hal ini nampak pada gambar gambar bertema alkitab, dimana yang pada awalnya Yesus digambarkan bukan seperti manusia melainkan Orang Kudus lalu pada masa Fransiskus, Yesus mulai digambarkan sebagai manusia yang dapat merasakan sakit dan mati. (Lukisan Yesus wafat di salib).

Selain itu nampak juga pada patung David karya Michel Angelo. Karya ini menunjukan bahwa manusia benar benar adalah manusia, yaitu makhluk yang dapat merasa takut, gelisah, dll (terlihat dari raut muka David).

Patung ini di pengaruhi patung patung pada masa Yunani Kuno.



Francesco Petrarca (1304-1374)

Ia adalah seorang sastrawan Italia yang mempelajari sastra klasik Yunani dan Romawi.
Francesco mengkritik pendidikan skolastik, karena menurutnya pendidikan skolastik terlalu fokus pada agama dan Tuhan bukan pada manusia. Gagasan ini menjadi cikal bakal lahirnya Masa Renaisans.

Francesco membagi sastra menjadi beberapa periode:

  • Golden Era : masa / zaman klasik
  • Dark Ages / zaman kegelapan
  • Francesco ingin kembali ke zaman-zaman keemasan pada masa klasik, hal ini awal dari lahirnya era Kelahiran kembali atau Renaisans.



Marsilio Ficino 

Ia adalah pembangkit ajaran Neoplatonisme.
Menurut Ficino, jika manusia ingin menjadi manusia yang seutuhnya, ia tidak bisa hanya mempelajari atau menguasai hal yang spesifik dengan profesinya saja, melainkan harus mempelajari secara keseluruhan (general). Hal ini disebut studi Humanisme

Yang harus dipelajari manusia adalah Liberal Arts , yaitu:
  • Tata Bahasa
  • Filsafat
  • Sejarah
  • Aritmatika
Pada masa ini orang yang dapat mempelajari Liberal Arts hanyalah orang-orang bebas sedangkan para budak tidak diperkenankan.



Leon Battista Alberti (1404-1472)
dalam bukunya yang berjudul On Painting, ia menjelaskan tentang sistem Perspektif Linear yang kemudian banyak digunakan dalam karya - karya lukisan seniman pada masa itu.



Leonardo da Vinci (1452-1519)
Ia adalah seniman dan ahli ilmu alam.

Da Vinci mengembangkan teori perspektif linear.
selain itu dalam karya-karyanya dia banyak menggunakan tekhnik Ciaroschuro (permainan terang gelap dalam lukisan) dan juga tekhnik Sfumato (membuat lukisan terlihat sangat halus seakan berkabut)



Vitruvian Man

dalam catatannya ini, Dav Vinci menjelaskan ukuran atau proporsi tubuh manusia yang ideal.

Da Vinci menuliskan catatanya secara akurat, terukur dan sesuai dengan science.

Vitruvian Man ini dibuat karena Da Vinci terinspirasi oleh Vitruvius dalam bukunya yang berjudul The Architecture



Leonardo da Vinci disebut sebut sebagai manusia seutuhnya. Hal ini karena Da Vinci tahu segalanya bukan hanya terpaku pada seni saja (serba bisa). (Studi Humanisme dan Liberal Arts)
Da Vinci tidak hanya menggambarkan ruangan dan anatomi  secara real, akan tetapi ekspresi manusia juga digambarkan sesuai realita.

Seni pada Era Renaisans sangat berkaitan dengan science. Untuk membuat karya yang bagus, para seniman harus mempelajari geologi, anatomi dan science. Mana mungkin dapat menggambakan tubuh manusia secara benar tanpa mempelajari anatominya.


Seni adalah Science. Seni yang bagus adalah yang menjadi cermin realita (mirip dengan aslinya). Seni = Presentasi. Seni yang menghadirkan atau memperesentasikan kembali Realita.

Dengan adanya pemikiran dan hasil karya Da Vinci, seni yang mulanya hanya dianggap sebagai kerajinan saja, mulai berubah fungsi menjadi ekspresi diri si pelukis.



Sandro Botticelli


Birth of Venus

Berbeda dengan Da Vinci, karya-karya Botticelli tidak terlalu mengutamakan ke miripan anatomi manusia. Akan tetapi karya-karya Botticelli kembali memengangkat kisah kisah mitologi yunani kuno. Oleh karena itu Ia termasuk dalam tokoh-tokoh berpengaruh dalam Era Renaisans.




Antroposentrisme dalam seni :
Manusia menjadi tolak ukur praktek dan pendidikan tentang seni.

Seni Era Renaisans : Seni untuk menjelaskan Si Manusia itu sendiri, bukan lagi untuk pemujaan seperti pada abad Pertengahan.







-mf 117-

Sabtu, 21 September 2013

Estetika Yunani Kuno

Cara pandang para tokoh mengenai Estetika dan seni.


Plato

Plato adalah seorang "idealis" ia percaya segala sesuatu dari segala yang ada bersumber dari IDEA


Sifat metafsika Plato adalah bersifat abstrak (Idea)
Idea disini adalah sebuah prinsip universal yang memungkinkan segala sesuatu untuk ada.

  • sumber dari segala yang ada
  • kebenaran sejati
Plato membedakan dunia menjadi 2 yaitu:

  • Dunia Ide
  • Dunia Penampakan (tempat kita berada sekarang) (yang dapat dilihat/ dirasakan oleh indra kita)
Lalu Idea itu sendiri datang dari mana?
Tidak berawal dan tidak berakhir, sifatnya kekal dan universal.
Idea hanya bisa diakses melalui nalar 

Kata Kunci

  1. Kebenaran yang universal : Benar bukan hanya untuk diri sendiri tapi berlaku juga untuk semua orang
  2. Kebenaran yang kekal : tidak akan dilupakan/hilang
  3. Kebenaran didapatkan melalui kapasitas akal/nalar
Plato mengatakan tubuh itu sifatnya tidak kekal dan membelenggu, sedangkan pikiran atau nalar, sangat penting bagi Plato. Hal ini karena menurut Plato dengan adanya kemampuan indra tubuh kita, justru akan membuat kita tidak akan mencapai idea.

Misal: biasanya jika kita hendak merasakan sesuatu, kita hanya mengandalkan indra kita saja entah itu dengan melihat, mendengar, dll, jarang sekali kita menggunakan nalar kita. Sedangkan IDEA hanya bisa dicapai melalui nalar. Oleh karena itu Plato mengesampingkan tubuh/fisik.

Teori Plato

 Seni adalah Imitasi (mimesis-mimeseos) tiruan dari tiruan
perumpamaannya: jika ada lukisan bergambar vas bunga, lukisan itu adalah kw 2 nya ,sedangkan vas bunga yg asli adalah kw 1 nya. Dan yang benar-benar asli adalah idea dari vas bunga tersebut. 

Maka dari itu seni bagi Plato berbahaya, karena seni:

  • semakin menjauhkan kita dari Idea
  • seni bersifat emosional (untuk mencapai idea harus melalui nalar dan pemikiran yang bersih, tanpa emosional)

Aristoteles

Sifat metafisika Aristoteles adalah Empiris , yaitu bersifat konkrit (fisik), logika. Berbeda dengan sifat metafisika Pluto yang abstrak (idea).

Teori metafisika Aristoteles

Hyle - Morfisme 
  • Hyle: "materi" >> kemungkinan suatu benda untuk mempunyai bentuk
  • Morfisme: "Bentuk" >> prinsip yang memberikan aktualitas/kenyataan pd materi.
Menurut Aristoteles, segala sesuatu yang ada disebebkan oleh 4 Penyebab (4 Causes)
  1. Penyebab material (bahan bahan yang membentuk suatu benda)
  2. Penyebab formal (prinsip/rumus yang menyusun material / benda tersebut)
  3. Ppenyebab efisien (penggerak yang menjalankan causes material sesuai dengan rumus/ causes formalis)
  4. Penyebab final (tujuan dibuatnya benda tadi)
* Jadi karena Aristoteles lebih konkrit pemikirannya, ia menghargai Aestesis, (pengalaman indrawi) dan seni sedangkan Plato tidak (pemikirannya abstrak).

Seni dan Katharsis atau "pemurnian"
Katharsis adalah saat dimana manusia meluapkan emosi nya (titik puncak emosi). Setelah sampai pada titik ini, pikiran manusia umumnya akan menjadi jernih, sehingga bisa menemukan kebenaran sebenarnya.

Jadi , seni untuk Aristoteles itu berharga karena dapat membawa kita ke titik katharsis.


Plotinus

Disebut sebagai filsuf neo platonis, karena ia membangkitkan ajaran Plato (di campur ajaran lain, termasuk ajaran Aristoteles)

Teori metafisika Plotinus:  Teori Emanasi dan Remanasi
>> Segala sesuatu datang dari sumber dan kembali ke sumber asalnya.

Tahap Remanasi:

  1. pemurian diri (melalui kesenian)
  2. kontemplasi (renungan renunga filsafat untuk mencapai pemurnian)
  3. penyatuan/peleburan (aksi pantang dan puasa untuk mencapai pemurnian)
Estetika Plotinus:
Keindahan dan Kesakralan

Dalam teori Plotinus adanya pembedaan antara Keindahan luar dan Keindahan Dalam

Keindahan luar yaitu yang hanya ditangkap melalui indra (fisiknya saja) saja sedangkan Keindaha luar yaitu yang hanya dapat ditangkap melalui nalar (didasari idea) .

Seni dalam ajaran Plotinus, suatu sisi bisa bersifat Konkrit disuatu sisi bisa bersifat abstrak.

Seni dianggap sakral oleh Plotinus karena terlibat dalam tori emansai dan remanasi (purification) sehingga bisa mendekatkan pada yang Esa.

Yang Esa disini berarti : kondisi paling dasar yang harus dimiliki sesuatu untuk menjadi nyata.










-mf 117-