Selasa, 31 Desember 2013

Estetika Romantik : Schopenhaeur dan Nietzsche

Perbedaan antara Estetika Romantik dengan estetika lainnya adalah estetika romantik tidak bersifat atau mementingkan logika, akal, nalar (menentang), akan tetapi lebih mementingkan rasa atau emosi (kehendak "will")


Arthur Schopenhauer
Lahir di Polandia pada tahun 1788, karyanya adalah "The World"

Kerangka pemikirannya diawali oleh pertanyaan " Apa yang menjadi motif tinadakan kita? " Jika Hegel dikenal dengan "Semangat Zaman" nya maka Schopenhaeur dikenal dengan dengan " Will to Live" nya atau hasrat untuk hidup. Menurut Schopenhaeur, hal inilah yang mendorong seseorang untuk bertindak. Hasrat tidak hanya membentuk tindakan manusia, tapi bahkan merupakan enyebab dari segala sesuatu yang ada, hal ini yang disebut Schopenhaeur dengan "Kategori Metafisika"

Schopenhaeur membagi Will / kehandak menjadi 2 yaitu,:

  1. Noumenal (transedental) , yaitu kehendak yang melampaui kenyataan duniawi, bersifat abstrak, spiritual, tidak berbentuk akan tetapi memiliki tetap memiliki sesuatu kekuatan sehingga bisa dirasakan imact nya.
  2. Fenomenal (duniawi) , kehendak dalam artian keseharian atau keinginan sehari-hari. Contoh saat kita ingin membeli handphone baru tanpa alasan yang jelas tapi bentuk keinginannya jelas.

Schopenhaeur menyatakan bahwa realitas noumenal vs realtas fenomenal akan melahirkan dunia sebagai kehendak dan representasi dimana manusia sebagai "budak hasrat". Ia mengatakan bahwa selama ini manusia menderita karena diperbudak oleh hasratnya sendiri. Lalu bagaimanakah hasrat dapat ditaklukkan? yaitu misalnya dengan kehidupan beertapa, berpuasa, berpantang dll.

Akan tetapi bagi Schopenhaeur, seni dapat membantu kita keluar dari kesengsaraan yang disebabkan dari hasrat manusia. (memberi jalan keluar temporer) Hal ini karena seni adalah wujud dari kehendak transedental , kehendak yang tidak berbentuk dan bersifat abstrak yang menjadi motivasi atas semua kehendak manusia.

Menurut Schopenhaeur, ketika kita melihat karya dan karya tersebut membuat kita tersentuh, kita telah bersinggungan dengan kehendak transedental, sehingga bisa dikatakan kita memahami kehendaak transedental dan menaklukkan kehendak. (lewat seni kita memahami kehendak transedental)

Wujud dari transedental itu sendiri dapat digambarkan dengan seorang seniman. Hal ini karena seniman adalah seorang genius (artistic genius) karena mampu merangkum realita peristiwa pada zaman mereka, dengan menggunakan imajinasi, mereka mampu menciptakan suatu objek. inilah yang disebut Schopenhaeur sebagai wujud transedental.
" Hanya seni murni yang dapat digunakan untuk memahami kehendak transedental" bukan seni terapan.

Ada berbagai bentuk seni murni di dunia ini, namun Schopenhauer mengurutkan hierarki seni murni tersebut sebagai berikut:
1. Musik
2. Puisi
3. Lukisan (historical painting) & patung
4. Desain lanskap
5. Arsitektur

Menurut Schopenhauer, musik dan puisi adalah karya seni yang paling baik karena sifatnya yang universal dan bisa dinikmati semua orang hanya dengan mendengar saja. Sedangkan, menurutnya lukisan dan patung tidak terlalu bersifat universal, karena orang harus mengetahui tentang dasar-dasar melukis dan mematung dulu untuk memahami karya-karya seni tersebut sehingga tidak tertangkap oleh semua orang.





Friedrich Nietzsche
Lahir di Rocken tahun 1844. Karyanya adalah The Birth of Tragedy; human; all to human; thus spoke zarathustra; Thw Will to power.


Berbeda dengan Schopenhauer yng menyatakan kehendak itu harus ditaklukan, maka Nietzsche punya pendapat yang lain, menurutnya justru kehendak manusia itu harus dipupuk dan dipenuhi karena kreatifitas.

Naluri dasar manusia, menurut Nietzsche, adalah will-to-power. Menurutnya, manusia selama ini diperbudak oleh moralitas (slave morality) karena manusia merasa harus ikut dengan aturan massa. Menurutnya, manusia susah untuk berkusasa pada diri sendiri dan bebas melakukan dan mewujudkan potensi dirinya dengan melawan massa. Manusia masih takut untuk melakukan hal itu. Ia berkata bahwa manusia yang sepenuhnya adalah manusia yang mampu memenuhi potensi dirinya dengan kreatifitas dan berani melawan massa. Inilah yang disebut dengan Thus Spoke Zarathustra : Overman


Seni bagi Nietzsche adalah kunci yang membuka esensi kreatif dalam diri manusia. hal inilah yang menjadikan manusia menjadi manusia seutuhnya.


Menurut Nietzsche, dalam berkesenian ada dua aspek yang saling melengkapi, yaitu Apolonian dan Dionisian.

Apolonian adalah nama dewa cahaya dalam mitologi Yunani, sedangkan Dionisian adalah dewa mabuk. Yang dimaksud dengan kalimat diatas adalah, Di satu sisi, seni harus memberi kejelasan, tapi di sisi lain seni juga harus punya aspek yang memabukkan, menarik perhatian, dan membawa kita keluar dari akal sehat. Tanpa aspek apolonian, seni tidak akan punya struktur yang jelas, sedangkan tanpa aspek dionisian, seni tidak akan punya daya tarik.

Menurut Nietzsche, hidup justru belum memiliki makna jika belum ada seni. Ia menganggap seni ada di atas segalanya di muka bumi ini. Intinya, Nietzsche mengedepankan kreatifitas yang imajinatif dibandingkan dengan rasionalitas.







marcellinafanny/12120210117









Tidak ada komentar:

Posting Komentar