Garis besar :
Estetika = Ilmu pengetahuan = - kebenaran
- kemampuan kognitif
Alexander Gottlieb Baumgarten
Ia adalah pengajar filsuf pertama yang memberikan kuliah tentang estetika. Ia disebut-sebut sebagai Bapak Estetika Modern karena ia adalah pelopor estetika sebagai ilmu pengetahuan (dipelajari di pendidikan formal). Sebelum nya estetika tetap dipelajari akan tetapi tidak dalam lingkup pendidikan formal. Selain itu iya juga menerbitkan 2 buku tentang estetika volum pertama pada tahun 1750 dan yang kedua pada tahun 1758.
Menurut Baumgarten, ada kaitan antara rasionalisme / logika dengan estetika.
Dua Jenis Kemampuan Berpikir Manusia (kognisi)
1. Inderawi
Pemikiran datang dari pengalaman inderawi. Mengecap, merasakan, melihat, mendengar, dll bukan hanya sekedar sensasi semata, tapi juga merupakan salah satu dari bentuk berpikir.
2. Intelektual
Kemampuan untuk mengerti hal-hal secara konseptual. Kita benar benar memahami konsep yang menyusun suatu hal, bukan hanya memahami secara fisiknya saja. Contoh : jika ada suatu lukisan kita harus mengetahui konsep awal pembuatan lukisannya bukan hanya sekedar dapat menilai fisiknya (warnanya bagus, sapuan kuasnya halus,dll)
Dari ke dua kemampuan berpikir ini, kemampuan kognisi intelektual lah yang lebih mendalam dibandingkan dengan kognisi inderawi.
"Estetika dan logika saling melengkapi"
>> estetika bukan suatu yang abstrak tapi bisa dijelaskan secara sistematis atau logis. Akan tetapi estetika mempunyai logikanya tersendiri yang tidak sama dengan logika matematis.
Definisi Estetika Baumgarten
> Berpikir yang logis dan sistematis adalah suatu bentuk keindahan.
Berpikir dapat menjadi sesuatu yang indah apabila kita berpikir secara logis. Estetika setara dengan Sains
> Pengalaman inderawi (kapasitas kognisi inferior) itu terbentuk secara alamiah. Hal ini membantu kita untuk berpikir secara indah.
> Kemampuan inderawi dan bernalar itu adalah hal yang setara kedudukannya. Keduanya sangat dibutuhkan untuk berpikir secara indah. Bisa dikatakan apa yang kita lihat dan rasakan adalah apa yang kita pikirkan juga.
Tentang Kebenaran Estetika
> Estetika sebagai ilmu pengatahuan. Maka dari itu, estetika memiliki kebenaran-kebenarannya sendiri yang tentu saja berbeda dengan kebenaran logis.
> Kebenaran estetika sifatnya langsung. Hal ini karena estetika tidak terbatasi dengan ukuran-ukuran baku (panjang, lebar, dll)
Misalnya, tanpa tau ukuran-ukuran pasti sebuah lagu (tempo, nada, dll) kita dapat langsung merasakan makna dan pengaruhnya dalam diri kita. Kita dapat terharu, sedih gembira dan menilai lagu itu enak saat mendengarkannya.
Tolak Ukur Kebenaran Estetika, kriteria-kriterianya adalah:
> Kekayaan imajianasi : lebih sempurna dengan adanya banyak elemen individual
> Magnitud / besarnya imajinasi : kompleksitas yang terkait dengan suatu permasalahan
> Kejelasan, kejernihan penyampaian atau penghadiran.
Terlepas dari kerumitan kriteria di atas, seni atau sebuah karya yang disampaikan oleh seniman sebagian besar dapat di mengerti oleh orang banyak. Ini tandanya kriteria-kriteria kebenaran estetika di atas sudah terpenuhi.
* Menurut Baumgarten, karya karya yang bersifat abstrak tidak memiliki kebenaran estetika. Hal ini karena karya-karya tersebut tidak memenuhi 3 kriteria tadi, entah itu kurang jelas penyampaiannya, elemen yg terlalu sederhana, dll. Tentu saja pendapat ini muncul sebelum aliran-aliran seni seperti dadaisme, kubisme, surealisme, dll lahir.
Kejelasan Ekstensif
Dimana adanya ketegangan atau tarik menarik antar suatu yang jelas dan suatu yang membingungkan. Terkadang kita saat menonton video dapat mengerti makna dari video tersebut, bahkan dapat membuat kita terpikat, terharu, dll. Akan tetapi seringkali kita tidak dapat menjelaskan video tersebut secara rinci. (menjadi bingung dan terpilah-pilah). Contoh lain adalah saat membaca Puisi.
Estetika atau seni adalah suatu yang jelas, meskipun masih memiliki sisi ambigu.
Estetika mempunyai kejelasan, walaupun tidak dapat sejelas hal-hal logis seperti pada matematika, sains dll.
Nilai Guna Seni
Sebagai ilmu pengetahuan, seni atau estetika harus memiliki nilai guna.
> Membantu rasionalitas
> Membuat kita menjadi manusia yang lebih rasional
* seni itu berguna karena sebagai teori tentang pengalaman panca inderawi, dapat membantu rasionalitas kita sehingga kita menjadi manusia yang lebih rasional. Hal ini dapat terjadi jika kita berpikir berdasarkan apa yang kita rasakan juga. Oleh karena itu menurut Baumgarten bukan hanya pemahaman konsep, pengalaman inderawi jugalah penting.
-mf 117-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar