Minggu, 13 Oktober 2013

Estetika Rasionalisme Jerman


Garis besar
Estetika = Ilmu pengetahuan =  - kebenaran
                                             - kemampuan kognitif


Alexander Gottlieb Baumgarten
Ia adalah pengajar filsuf pertama yang memberikan kuliah tentang estetika. Ia disebut-sebut sebagai Bapak Estetika Modern karena ia adalah pelopor estetika sebagai ilmu pengetahuan (dipelajari di pendidikan formal). Sebelum nya estetika tetap dipelajari akan tetapi tidak dalam lingkup pendidikan formal. Selain itu iya juga menerbitkan 2 buku tentang estetika volum pertama pada tahun 1750 dan yang kedua pada tahun 1758.
Menurut Baumgarten, ada kaitan antara rasionalisme / logika dengan estetika.



Dua Jenis Kemampuan Berpikir Manusia (kognisi)
1. Inderawi
    Pemikiran datang dari pengalaman inderawi. Mengecap, merasakan, melihat, mendengar, dll bukan hanya sekedar sensasi semata, tapi juga merupakan salah satu dari bentuk berpikir.

2. Intelektual
    Kemampuan untuk mengerti hal-hal secara konseptual. Kita benar benar memahami konsep yang menyusun suatu hal, bukan hanya memahami secara fisiknya saja. Contoh : jika ada suatu lukisan kita harus mengetahui konsep awal pembuatan lukisannya bukan hanya sekedar dapat menilai fisiknya (warnanya bagus, sapuan kuasnya halus,dll)
Dari ke dua kemampuan berpikir ini, kemampuan kognisi intelektual lah yang lebih mendalam dibandingkan dengan kognisi inderawi.
"Estetika dan logika saling melengkapi"
>> estetika bukan suatu yang abstrak tapi bisa dijelaskan secara sistematis atau logis. Akan tetapi estetika mempunyai logikanya tersendiri yang tidak sama dengan logika matematis.



Definisi Estetika Baumgarten
>   Berpikir yang logis dan sistematis adalah suatu bentuk keindahan. 
Berpikir dapat menjadi sesuatu yang indah apabila kita berpikir secara logis. 
Estetika setara dengan Sains

>   Pengalaman inderawi (kapasitas kognisi inferior) itu terbentuk secara alamiah. Hal ini membantu kita untuk berpikir secara indah.

>   Kemampuan inderawi dan bernalar itu adalah hal yang setara kedudukannya. Keduanya sangat dibutuhkan untuk berpikir secara indah. Bisa dikatakan apa yang kita lihat dan rasakan adalah apa yang kita pikirkan juga.



Tentang Kebenaran Estetika
>   Estetika sebagai ilmu pengatahuan. Maka dari itu, estetika memiliki kebenaran-kebenarannya sendiri yang tentu saja berbeda dengan kebenaran logis.

>   Kebenaran estetika sifatnya langsung. Hal ini karena estetika tidak terbatasi dengan ukuran-ukuran baku (panjang, lebar, dll)
Misalnya, tanpa tau ukuran-ukuran pasti sebuah lagu (tempo, nada, dll) kita dapat langsung merasakan makna dan pengaruhnya dalam diri kita. Kita dapat terharu, sedih gembira dan menilai lagu itu enak saat mendengarkannya.



Tolak Ukur Kebenaran Estetika, kriteria-kriterianya adalah:
>  Kekayaan imajianasi  :  lebih sempurna dengan adanya banyak elemen individual
>  Magnitud / besarnya imajinasi : kompleksitas yang terkait dengan suatu permasalahan
>  Kejelasan, kejernihan penyampaian atau penghadiran.

Terlepas dari kerumitan kriteria di atas, seni atau sebuah karya yang disampaikan oleh seniman sebagian besar dapat di mengerti oleh orang banyak. Ini tandanya kriteria-kriteria kebenaran estetika di atas sudah terpenuhi.

*  Menurut Baumgarten, karya karya yang bersifat abstrak tidak memiliki kebenaran estetika. Hal ini karena karya-karya tersebut tidak memenuhi 3 kriteria tadi, entah itu kurang jelas penyampaiannya, elemen yg terlalu sederhana, dll. Tentu saja pendapat ini muncul sebelum aliran-aliran seni seperti dadaisme, kubisme, surealisme, dll lahir.



Kejelasan Ekstensif
Dimana adanya ketegangan atau tarik menarik antar suatu yang jelas dan suatu yang membingungkan. Terkadang kita saat menonton video dapat mengerti makna dari video tersebut, bahkan dapat membuat kita terpikat, terharu, dll. Akan tetapi seringkali kita tidak dapat menjelaskan video tersebut secara rinci. (menjadi bingung dan terpilah-pilah). Contoh lain adalah saat membaca Puisi.

Estetika atau seni adalah suatu yang jelas, meskipun masih memiliki sisi ambigu. 
Estetika mempunyai kejelasan, walaupun tidak dapat sejelas hal-hal logis seperti pada matematika, sains dll.



Nilai Guna Seni
Sebagai ilmu pengetahuan, seni atau estetika harus memiliki nilai guna.

>  Membantu rasionalitas
>  Membuat kita menjadi manusia yang lebih rasional
* seni itu berguna karena sebagai teori tentang pengalaman panca inderawi, dapat membantu rasionalitas kita sehingga kita menjadi manusia yang lebih rasional. Hal ini dapat terjadi jika kita berpikir berdasarkan apa yang kita rasakan juga. Oleh karena itu menurut Baumgarten bukan hanya pemahaman konsep, pengalaman inderawi jugalah penting.





-mf 117-





Minggu, 06 Oktober 2013

Estetika Masa Modern (Era Renaisans)

Estetika Masa Renaisans adalah Estetika Antroposentrisme, yaitu segala sesuatunya berpusat pada manusia.


Etimologi kata Renaisans

  • Inggris & Perancis : Renaissance
  • Italia : Rinascimento
  • Latin : Rinascere
Artinya adalah "Dilahirkan Kembali" (to be born again)
Yang dilahirkan kebali disini adalah "Ajaran-ajaran Era Klasik".

Contoh karya sebelum masa ini berlangsung adalah lukisan pada langit-langit Gereja St. Mark. Pada lukisan ini manusia digambarkan seperti boneka-boneka kaku dan semuanya menyembah Tuhan. Dari karya ini kita dapat melihat bahwa sebelum lahirnya era renaisans, semua hal berfokus pada Tuhan bukan pada manusia. (Teosentris bukan Antroposentrisme).


Fransiskus dari Asisi (1182-1226)
Ia adalah pendiri Ordo Fransiskan.

Pada masa ini mulai terjadi pergeseran paham, dari yang awalnya Teosentris menjadi Antroposentrisme. Hal ini nampak pada gambar gambar bertema alkitab, dimana yang pada awalnya Yesus digambarkan bukan seperti manusia melainkan Orang Kudus lalu pada masa Fransiskus, Yesus mulai digambarkan sebagai manusia yang dapat merasakan sakit dan mati. (Lukisan Yesus wafat di salib).

Selain itu nampak juga pada patung David karya Michel Angelo. Karya ini menunjukan bahwa manusia benar benar adalah manusia, yaitu makhluk yang dapat merasa takut, gelisah, dll (terlihat dari raut muka David).

Patung ini di pengaruhi patung patung pada masa Yunani Kuno.



Francesco Petrarca (1304-1374)

Ia adalah seorang sastrawan Italia yang mempelajari sastra klasik Yunani dan Romawi.
Francesco mengkritik pendidikan skolastik, karena menurutnya pendidikan skolastik terlalu fokus pada agama dan Tuhan bukan pada manusia. Gagasan ini menjadi cikal bakal lahirnya Masa Renaisans.

Francesco membagi sastra menjadi beberapa periode:

  • Golden Era : masa / zaman klasik
  • Dark Ages / zaman kegelapan
  • Francesco ingin kembali ke zaman-zaman keemasan pada masa klasik, hal ini awal dari lahirnya era Kelahiran kembali atau Renaisans.



Marsilio Ficino 

Ia adalah pembangkit ajaran Neoplatonisme.
Menurut Ficino, jika manusia ingin menjadi manusia yang seutuhnya, ia tidak bisa hanya mempelajari atau menguasai hal yang spesifik dengan profesinya saja, melainkan harus mempelajari secara keseluruhan (general). Hal ini disebut studi Humanisme

Yang harus dipelajari manusia adalah Liberal Arts , yaitu:
  • Tata Bahasa
  • Filsafat
  • Sejarah
  • Aritmatika
Pada masa ini orang yang dapat mempelajari Liberal Arts hanyalah orang-orang bebas sedangkan para budak tidak diperkenankan.



Leon Battista Alberti (1404-1472)
dalam bukunya yang berjudul On Painting, ia menjelaskan tentang sistem Perspektif Linear yang kemudian banyak digunakan dalam karya - karya lukisan seniman pada masa itu.



Leonardo da Vinci (1452-1519)
Ia adalah seniman dan ahli ilmu alam.

Da Vinci mengembangkan teori perspektif linear.
selain itu dalam karya-karyanya dia banyak menggunakan tekhnik Ciaroschuro (permainan terang gelap dalam lukisan) dan juga tekhnik Sfumato (membuat lukisan terlihat sangat halus seakan berkabut)



Vitruvian Man

dalam catatannya ini, Dav Vinci menjelaskan ukuran atau proporsi tubuh manusia yang ideal.

Da Vinci menuliskan catatanya secara akurat, terukur dan sesuai dengan science.

Vitruvian Man ini dibuat karena Da Vinci terinspirasi oleh Vitruvius dalam bukunya yang berjudul The Architecture



Leonardo da Vinci disebut sebut sebagai manusia seutuhnya. Hal ini karena Da Vinci tahu segalanya bukan hanya terpaku pada seni saja (serba bisa). (Studi Humanisme dan Liberal Arts)
Da Vinci tidak hanya menggambarkan ruangan dan anatomi  secara real, akan tetapi ekspresi manusia juga digambarkan sesuai realita.

Seni pada Era Renaisans sangat berkaitan dengan science. Untuk membuat karya yang bagus, para seniman harus mempelajari geologi, anatomi dan science. Mana mungkin dapat menggambakan tubuh manusia secara benar tanpa mempelajari anatominya.


Seni adalah Science. Seni yang bagus adalah yang menjadi cermin realita (mirip dengan aslinya). Seni = Presentasi. Seni yang menghadirkan atau memperesentasikan kembali Realita.

Dengan adanya pemikiran dan hasil karya Da Vinci, seni yang mulanya hanya dianggap sebagai kerajinan saja, mulai berubah fungsi menjadi ekspresi diri si pelukis.



Sandro Botticelli


Birth of Venus

Berbeda dengan Da Vinci, karya-karya Botticelli tidak terlalu mengutamakan ke miripan anatomi manusia. Akan tetapi karya-karya Botticelli kembali memengangkat kisah kisah mitologi yunani kuno. Oleh karena itu Ia termasuk dalam tokoh-tokoh berpengaruh dalam Era Renaisans.




Antroposentrisme dalam seni :
Manusia menjadi tolak ukur praktek dan pendidikan tentang seni.

Seni Era Renaisans : Seni untuk menjelaskan Si Manusia itu sendiri, bukan lagi untuk pemujaan seperti pada abad Pertengahan.







-mf 117-